SAHABAT KELUARGA - Anak usia sekolah dasar belum memiliki kematangan dalam memegang tanggung jawab penuh terhadap barang-barang yang dimilikinya, termasuk ponsel.
Psikolog anak, Agustina Hendriati, Psi, MSc, mengklasifikasikan kebutuhan ponsel melalui tingkat pendidikan.
Anak kelas 1-3 SD
Komunikasi kerap menjadi alasan utama yang sering digunakan orang tua untuk membekali anak membawa ponsel ke sekolah di usia kelas 1 hingga 3 SD.
Alasannya, karena orang tua khawatir anaknya tidak dijemput supir atau pengasuhnya. Orang tua juga mengkhawatirkan anaknya belum makan atau terjadi apa-apa.
Namun, tanpa disadari, hal tersebut justru membahayakan anak. Saat anak mengeluarkan ponsel dari sakunya, penjahat yang tidak pernah diketahui keberadaannya membidik ponsel yang ada di tangan anak.
Beruntung jika hanya ponsel yang diambil, bagaimana jika anak juga menjadi sasaran kejahatan? Karena itu, ada baiknya ponsel hanya cukup dibekali pada pengasuh atau orang dewasa lainnya.
”Anak usia segitu kan jarang pulang sendiri. Jadi, lebih baik hubungi pengasuh atau antar jemputnya untuk memastikan anak sudah sampai di rumah tepat pada waktunya,” jelas A. Hendriati.
Jika keadaannya mendesak untuk segera berkomunikasi dengan anak, hubungi melalui pihak sekolah. Sebaliknya, jika anak butuh berkomunikasi dengan orang tuanya, minta pihak sekolah untuk membantunya.
Anak kelas 4-6 SD
Di sejumlah kota besar, usia anak kelas 4 hingga 6 SD memiliki kecenderungan ’matang’ lebih cepat. Anak bisa menyerap informasi demikian cepat. Pergaulan mereka pun lebih luas dan lebih canggih.
Karena tuntutan zaman itulah, kebutuhan penggunaan ponsel pada anak jadi lebih tinggi. Anak butuh berkomunikasi dengan teman sebayanya melalui ponsel. Belum lagi, tuntutan ingin memiliki ponsel karena teman sebangkunya juga memiliki ponsel.
”Dari sisi perkembangan zaman, kebutuhan anak kelas 4-6 SD memang lebih tinggi dibandingkan anak kelas 1-3 SD. Mereka ingin berkomunikasi dengan teman-teman sebayanya melalui ponsel,” kata dosen di Fakultas Psikologi Unika Atmajaya, Jakarta ini.
Meski sudah cukup handal mengotak-atik ponsel, tetap saja anak belum bisa memahami sepenuhnya penggunaan alat pintar itu. Yang bisa terjadi justru kemampuan untuk ’menyalahgunakan’ penggunaan HP, misalnya, digunakan untuk mencontek.
Anak merekam kunci jawaban di tempat menyimpan SMS atau menggunakan fasilitas mesin pencarian untuk mencari kunci jawaban. Hal seperti itu tentunya berdampak negatif dan mendidik anak berperilaku curang.
Belum lagi, kemajuan fitur ponsel yang memudahkan mentransfer data, termasuk gambar yang belum pantas di konsumsi untuk anak seumurannya. ”Dari pada tidak ada fungsinya, lebih baik tidak usah sama sekali,” tegas A. Hendriati.
Hingga anak di usia kelas 6 SD, Hendriati menilai, bentuk komunikasi masih bisa ditanggulangi tanpa menggunakan ponsel. ”Jadi buat apa? Hampir tidak ada kepentingannya. Dari segi perkembangan psikologisnya, saya tidak melihat suatu kegunaan,” jelasnya.
Usia anak di tingkat lanjutan SMP merupakan waktu yang tepat untuk membekali anak dengan ponsel. Anak usia SMP semakin ’matang’ dalam mengatur penggunaanya namun tetap saja butuh pengawasan orang tua. (Bunga Kusuma Dewi)
Sumber : sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id