SAHABAT KELUARGA - Lima belas menit sebelum jam delapan malam. Namun Alif masih sibuk membolak balik buku di hadapannya. Wajah bocah sepuluh tahun itu kebingungan, sementara buku pekerjaan rumahnya masih kosong.
”Aduh gimana ya? Kayaknya ini sudah pernah dipelajari minggu lalu. Kok bisa lupa lagi sih?” ia menggerutu seraya menggaruk-garuk kepala.
Ayah-Bunda, seberapa sering kalimat seperti di atas mampir ke telinga? Mungkin tanpa disadari kita sering mendengar anak-anak menggerutu saat belajar. Materi pelajaran pekan lalu atau bahkan materi yang baru dipelajari kemarin, seakan-akan lenyap dari ingatan mereka.
Pada rentang usia sekolah dasar anak-anak biasanya memiliki ingatan yang sangat tajam. Pada usia ini mereka memiliki kecenderungan yang besar untuk mengingat segala hal.
Namun, kita tak bisa menampik kejadian seperti di atas kerap terjadi. Kelelahan fisik akibat bermain, emosi yang kurang stabil dan minat serta motivasi yang kurang terhadap mata pelajaran tertentu, bisa membuat mereka melupakan hal-hal yang dipelajarinya di sekolah. Tentunya, sebagai orang tua, kita harus bijak dalam menghadapi masalah ini.
Ada beberapa cara yang dapat Ayah-Bunda lakukan agar anak tak gampang lupa.
Pertama, gunakan jembatan keledai untuk mengingat materi yang bersifat hafalan. Ayah-Bunda bisa membuat singkatan-singkatan unik dan lucu sehingga materi pembelajaran menjadi berkesan.
Terkadang menghadirkan kesan yang imajinatif dan berlebihan akan membuat anak mudah mengingat sesuatu. Misal untuk mengingat warna pelangi pada mata pelajaran IPA, Ayah-Bunda dapat membuat singkatan ’mejikuhibiniu’. Atau untuk mengingat letak geografis Negara Indonesia pada pelajaran IPS, dengan menggunakan singkatan Si Dia Ai Ra (Samudra Pasifik dan Hindia, Benua Asia dan Australia).
Kedua, gunakan rumus berwarna. Pelajaran matematika kadang menjadi momok bagi anak-anak usia sekolah. Beragam rumus yang turut serta dalam proses pembelajaran seolah menjadi musuh pada sebagian anak.
Untuk memudahkan mereka, Ayah-Bunda bisa menuliskan rumus-rumus tersebut pada kertas berwarna dan ditempel pada tempat yang mudah terlihat. Biasanya mata anak akan lebih peka terhadap warna-warna, sehingga dapat menjadi alternatif untuk memudahkan mereka dalam mengingat.
Ketiga, membuat gubahan lagu dari materi pelajaran. Pada umumnya, anak-anak sangat senang bernyanyi. Jadi, Ayah-Bunda bisa memasukkan materi pelajaran dalam gubahan lagu yang mereka sukai. Contohnya menggubah lagu Balonkudengan menyelipkan materi tentang panca indera dan lainnya.
Keempat, biasakan anak mengulang pelajaran yang telah mereka dapat di sekolah. Ini adalah kunci paling penting yang harus Ayah-Bunda tanamkan pada mereka. Bukankah pisau akan menjadi lebih tajam jika sering diasah? Demikian pula dengan ingatan anak.
Tekankan bahwa mengulang materi pembelajaran akan menjadikan ingatan mereka lebih tajam. Sebab, semakin sering pengulangan dilakukan, maka otak akan semakin mudah memroses informasi yang masuk. Hal ini tentunya, akan menciptakan kebiasaan belajar yang baik.
Jika anak-anak terbiasa dengan pola seperti ini, maka mereka akan memiliki banyak cara untuk membuat suasana belajarnya terasa menyenangkan. Tentunya, Ayah-Bunda tidak harus melibatkan emosi berlebih jika sedang mendampingi mereka belajar. Mari mengupayakan cara-cara terbaik untuk membentuk mereka menjadi pembelajar sejati. Semoga bermanfaat. (Dina Kurniawati-Pendidik di SMA Negeri 1 Nanga Pinoh, Kalimantan Barat)